Selasa, 01 Juni 2010

Mencari Jati diri Sebagai Guru

Apakah Anda Guru sebenar-benarnya Guru?
30 10 2009
A. Pengertian Guru
Untuk mengetahui pengertian guru, penulis terlebih dahulu mengemukakan bahwa keberadaan guru bagi suatu Negara amatlah penting apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebi bagi keberlangsungan hidup yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu yang berguna bagi masyarakat.
Sebagai kelanjutan mengenai pengertian guru, penulis dalam hal ini mengemukakan bahwa pengertian guru pada prinsipnya adalah orang yang kerjanya mengajar.[1]
Sedangkan Drs. Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan khusus sebagai guru.[2]
Jika kita telaah kedua pengertian guru tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa guru merupakan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian tertentu dalam usaha mewariskan ilmu pengetahuan bagi orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, H. Abdurrahman mengemukakan bahwa:
Guru ialah seorang anggota masyarakat yang berkompoten (cakap, mampu dan wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah.[3]
Berdasarkan pengertian guru dari beberapa argumen tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa guru pada prinsipnya merupakan suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu. Dimana masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.
Pada sisi lain dengan melihat tugas dan tanggung jawab guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam mengemban tugas, sehingga fungsi guru yang paling utama adalah memimpin siswa ke arah tujuan yang tegas.
Bertolak dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa guru ialah salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar yang sangat berperan dalam mengarahkan siswa ke arah pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan. Oleh karena guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan penting secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan ilmu yang semakin berkembang. Dengan kata lain bahwa pada setiap pribadi guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya kepada suatu kedewasaan.
Oleh karena itu bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang perlu dikembangkan pribadinya. Sesuai dengan ungkapan Sardiman A.M. sebagai berikut:
Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang transfer of values yang sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberi-kan pengarahan dan penuntun siswa dalam belajar.[4]
Dari beberapa pengertian dan uraian di atas, maka semakin nyatalah bagi kita bahwa pada kesimpulannya guru merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai profesi tertentu, atau dengan kata lain guru memiliki keahlian tertentu yang berusaha mewariskan ilmu pengetahuan kepada orang lain (siswa). Sehingga siswa dalam mengembangkan kemampu-annya serta kematangan untuk mencapai kedewasaannya dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
B. Peranan, Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Sebagai kelanjutan pembahasan mengenai guru, penulis dalam hal ini mengacu pada ketiga unsur yakni pembahasan tentang peranan, tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepada guru yang merupakan profesi yang dapat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan yang dicanangkan pemerintah yakni menjadi masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk mempermudah pembahasan dari ketiga unsur di atas, penulis lebih lanjut akan menjelaskan secara terpisah. Namun pada dasarnya dari ketiga unsur tersebut tidak dapat terpisahkan dalam arti mempunyai keterkaitan hubungan yang erat. Atau dengan kata lain baik peranan, tugas dan tanggung jawab harus seiring dan saling menunjang.
1. Peranan Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru seyogyanya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu siswa terhadap perkembangannya. Melalui perannya sebagai pengajar guru juga diharapkan mampu mendorong anak agar senantiasa belajar pada berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Untuk mengetahui lebih jauh tentang peranan guru, di dalam buku Pengelolaan Pengajaran secara singkat Drs. H. Abdurrahman, S.Pd. menekankan bahwa:
Untuk mengetahui tugas-tugas keguruan itu, seorang guru berperanan sebagai:
1. Motivator
2. Fasilitator
3. Organisator
4. Informator
5. Konselor.[5]
Untuk memudahkan pengertian dari kelima peranan di atas, penulis lebih lanjut memberi kejelasan sebagai berikut:
1. Motivator, artinya seorang guru hendaknya memberi dorongan dan anjuran kepada siswanya agar secara aktif dan kreatif serta positif berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya.
2. Fasilitator, artinya guru berupaya menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi secara positif, aktif dan kreatif.
3. Organisator, artinya guru berupaya mengatur, merencana-kan, memprogramkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan dalam proses belajar mengajar.
4. Informator, artinya guru mampu memberikan informasi yang
diperlukan oleh siswa, baik untuk kepentingan dan kelancar-an kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk kepentingan masa depan siswa.
1. Konselor, artinya guru hendaknya memberikan bimbingan dan penyuluhan, atau pelayanan khusus kepada siswa yang mempunyai permasalahan baik yang bersifat educational maupun emosional, sosial serta yang bersifat mental spritual.
Bertolak dari penjelasan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas guru dalam pengajaran atau kependidikan bukan mencakup terbatas pada kegiatan belajar saja, akan tetapi justru lebih dari itu pada sisi lain pula seorang guru perlu juga memperhatikan perannya untuk berusaha menyelesaikan hal yang sifatnya berbentuk kejiwaan. Atau dengan kata lain dapat menyelesaikan hal yang dapat mempengaruhi siswa baik dari segi emosional dan sosial maupun yang bersifat mental spiritual.
Seiring dengan asumsi di atas, Drs. Slameto secara jelas mengemukakan bahwa:
Pengetahuan yang dibawa anak dari lingkungan keluarga-nya, dapat memberi sumbangan yang besar bagi guru untuk mengajar. Latar belakang kebudayaan, sikap dan kebiasaan, minat perhatian dan kesenangan berperanan pula terhadap pelajaran yang akan diberikan.[6]
Berdasarkan dari pernyataan di atas, maka semakin jelaslah bagi kita bahwa peranan seorang guru memperhatikan siswa dari berbagai aspek tentunya akan semakin mudah pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh siswa. Sebab keterpaduan perhatian guru dalam peranannya terhadap pendidikan formal dan informal saling berkaitan.
2. Tugas Guru
Tugas seorang guru sebagai suatu unsur yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, dimana tuntutan pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Terkait dengan tugas yang diemban oleh seorang guru, Drs. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa:
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Dan apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.[7]
Sebagai konsekuensi dari ungkapan di atas, secara terperinci dikemukakan bahwa ada tiga jenis yang menjadi tugas guru. Dan dari ketiga jenis tersebut tentunya tidak dapat diabaikan guna kelancaran pendidikan yang mempunyai tujuan ke arah pembangunan manusia seutuhnya.
Untuk lebih jelasnya penulis memberikan kejelasan dari ketiga jenis tugas guru tersebut, yakni:
“Tugas dalam bidang profesi”, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Seperti mendidik, melatih dan mengajar dalam arti mentransfer ilmu pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta mengembangkan keterampilan pada siswa.
“Tugas dalam bidang kemanusiaan”, artinya guru mencerminkan dirinya kepada siswa sebagai orang tua kedua. Maka dengan demikian siswa tergugah mendapatkan perhatian yang terarah kepada kegairahan belajar secara tekun.
“Tugas dalam bidang kemasyarakatan”, artinya guru hendaknya mampu menjadikan masyarakat yang berilmu pengetahuan menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Bertolak dari ketiga unsur yang menjadi tugas guru di atas, maka dapatlah kita mengetahui bahwa pada hakekatnya seorang guru mengemban tugas sesuai dengan profesinya untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada setiap masyarakat yang membutuhkan. Hal ini berarti bahwa tugas guru di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bukan hanya berfokus pada siswa saja, akan tetapi guru harus mampu memadukan tugasnya dengan sadar yang diorientasikan pada siswa, masyarakat maupun untuk kepentingan kemanusiaan.
Jika kita telusuri kegagalan seorang guru terhadap pencapaian tujuan pendidikan, juga disebabkan kurang ada keterpaduan tugas guru antara profesi, kemanusiaan serta kemasyarkatan. Maka dengan demikian seorang guru hendaknya mampu mengarahkan siswa kepada perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilan-nya, maupun dalam sikapnya terhadap kemanusiaan dan kemasyarakatan.
3. Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab seorang guru di sini, penulis hanya orientasikan pada disiplin ilmu pengetahuan yang mana guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Mengingat pentingnya tanggung jawab guru terhadap anak, Drs. Slameto menegaskan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar sedemikian rupa sehingga dapat merangsang untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuh-an dan menciptakan tujuan.[8]
Mengingat pentingnya tanggung jawab seorang guru, diibaratkan tanggung jawab seorang ayah terhadap anaknya. Sebagai cermin tentang pentingnya tanggung jawab tersebut Allah berfirman dalam surah Luqman ayat 17 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuat-an yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Dan sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[9]
Bertolak dari ayat tersebut di atas, maka penulis berasumsi bahwa tanggung jawab seorang guru yang dianggap sebagai orang tua kedua amatlah penting. Sebab perintah mengerjakan yang baik dan mencegah yang mungkar merupakan salah satu unsur yang dapat merubah tingkah laku anak kepada tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada setiap jenjang pendidikan.
Sebagai kesimpulan dari ketiga unsur yakni peranan, tugas dan tanggung jawab guru pada prinsipnya mempunyai hubungan yang erat. Hal ini berarti peranan, tugas serta tanggung jawab guru pada prinsipnya diorientasikan pada adanya usaha untuk merubah tingkah laku siswa. Dan dengan adanya perubahan yang dialami siswa tentunya proses pemberian ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pembentukan pribadi yang dapat berguna bagi Bangsa dan Negara.
Pada sisi lain mengingat pentingnya keberhasilan pendidikan yang dibebankan kepada manusia adalah kewajiban sehingga tidak ketinggalan zaman. Dan jauh sebelumnya Allah swt. di dalam firman-Nya pada surah al-Taubah ayat 122 berbunyi sebagai berikut:
Terjemahnya:
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama, dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[10]
Begitu pentingnya yang dinamakan pendidikan, sehingga Allah swt. memperingatkan pada segolongan umat untuk menuntut ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pendidikan agama.
c. Hubungan Siswa dengan Guru
Salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan
pendidikan adalah terjalinnya hubungan guru dengan siswa yang baik, dalam hal ini adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan siswa di dalam proses belajar mengajar, untuk menciptakan situasi yang demikian itu, Sardiman AM. menjelaskan:
1. Perlu dedikasi yang penuh di kalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswanya.
2. Menciptakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan pimpinan, sehingga mencerminkan pula hubungan baik antara guru dan siswa.
3. Sistem pendidikan dan kurikulum yang mantap.
4. Adanya fasilitas ruangan yang memdai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan tempat bertemu antara guru dan siswa.
5. Radio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dan siswa dapat melakukan didikan dan hubungan secara baik.
6. Perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.[11]
Bertolak dari beberapa persyaratan yang perlu mendapat perhatian di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa hubungan antara guru dengan siswa pada dasarnya bukan hanya berfokus pada situasi belajar mengajar. Akan tetapi justru pada sisi lain pun sangat memberi pengaruh dalam upaya menciptakan hubungan yang harmonis. Misalnya hubungan staf pengajar dengan pimpinan akan menjadi salah satu bagian yang dapat mencerminkan adanya hubungan baik antara guru dengan siswa.
Hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik jika didukung oleh kurikulum yang mantap, fasilitas, tingkat rasio guru dan siswa selaras serta adanya kesejahteraan guru yang memadai. Hal ini berarti jika keseluruhan persyaratan yang tersebut di atas masing-masing dapat terpenuhi dengan baik, tentunya hubungan antara guru dengan siswa juga semakin harmonis. Dan semakin besar pula harapan tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal dan terarah.
Maka dengan demikian jika kita melihat dari beberapa ungkapan tersebut di atas, maka secara rinci penulis dapat menggambarkan bahwa hubungan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar tentunya perlu interaksi yang selaras. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa seorang guru dalam berinteraksi dengan siswa sering mendapatkan tantangan yang sangat mendasar yang diorientasikan pada kenyataan hidup siswa. Di mana seorang guru menghadapi beberapa sikap siswa
yang berbeda-beda.
Oleh karena itu jika hubungan siswa dengan guru di dalam mentransfer ilmu pengetahuan, tentunya perlu adanya suatu hubungan yang erat di antara kedua unsur tersebut, sehingga dengan demikian akan terciptalah suasana harmonis dalam porses belajar mengajar.
________________________________________
[1]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 135.
[2]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 4.
[3]H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran (Ujungpandang: Bintang Selatan, 1993), h. 57.
[4]Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Cet. IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h. 123.
[5]H. Abdurrahman, op. cit., h. 69.
[6]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 97.
[7]Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 4.
[8]Slameto, op. cit., h. 99.

Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi

22 11 2009

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

  1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
  2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
  3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
  4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
  5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
  6. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
  7. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.

Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

  1. Constructivisme
  • § Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
  • § Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya
  • § Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
  1. Inquiry
  • § Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan.
  1. § Langkah-langkah
  • § Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif
  • § Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang
  1. Modelling
  • § Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.
  • § Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.
  1. Reflection
  • § Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari
  • § Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
  • § Hasil konstruksi pengetahuan yang baru
  • § Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya
  1. Autentic Assesment
  • § Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
  • § Berlangsung selama proses secara terintegrasi
  • § Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test)
  • § Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal

A. Implementasi Pengembangan Kegiatan Pembelajaran

Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan sistem paket, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur memanfaatkan 0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka.

Sementara itu bagi sekolah kategori mandiri yang menerapkan sistem kredit semester, beban belajarnya dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). 1 (satu) sks tingkat SMA terdiri dari 1 (satu) jam pelajaran (@45 menit) tatap muka dan 25 menit tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dengan demikian, pada sistem paket maupun SKS, guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.

1. Kegiatan Tatap Muka

Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi.

Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi dikoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.

2. Kegiatan Tugas terstruktur

Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Bagi sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.

3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru namun tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia. :mrgreen:

Salam …

Minggu, 30 Mei 2010

Reuni UPI '92

Bertemu temen-temen setelah 14 th lamanya ga berjumpa , membuat hati lega, bisa bernostalgia mengenang kisah masa silam. Teman ,begitu berartinya kehadiran mu dalam hidup dan kehidupan aku. Aku begini tak lain karena dukunganmu. Dalam setiap langkahku dulu ketika kita masih bersama-sama adalah cikal bakal mengapa aku jadi begini sekarang. Teman denganmu aku berbagi kisah keseharianku dengan penuh suka dan duka, denganmu aku bisa tertawa, denganmu aku bisa berbagi, begitu berartinya kehadinmu disisiku waktu itu. Tapi karena jalan yang berbeda harus kita tempuh, hanyalah harap yang selalu ada didada suatu saat kan berjumpa. Hari ini harap itu jadi kenyataan.... empat belas tahun sudah kita berpisah, sekarang dengan kuasanya kita dipertemukan. Bercanada walau hanya sesaat, bercerita walau hanya seadanya, tapi itu begitu berarti dan mengukir kenangan yang mungkin tak kan terlupakan selamanya. Wajah dan kehidupan boleh berubah, karena kita ditaqdirkan dengan jalannya masing-masing. Tapi ukiran persahabatan tak lapuk karena waktu tak usang karena senja. Kita bertemu di hari yang bersejarah ini, ditempat yang mengukir kenangan , adalah hal yang begutuuuu berati dalam perjalanan kehidupanku. Terima kasih sahabat-sahabatku tercinta suatu saat kita kan bersu lagi dengan ijin sang illahi AMiiin

Sabtu, 29 Mei 2010

PERANGKAT KERAS KOMPUTER

Bagian lain perangkat keras sebuah sistem komputer adalah piranti masukkan (input device) dan piranti keluaran (out pu device). Input device dan out put device dikelompokkan dalam satu bagian yang disebut pheripheral yang diletakkan disisi luar casing komputer.
1. Perangkat Keras Masukkan ( input Device)
Input device berfungsi sebagai media masukkan data dari luar sistem ke dalam memori, dan
prosessor untukl diolah menghasilkan informasi yang diperlukan.

Perangkat keras yang termasuk di sini di antaranya :
a. Keyboard
b. Microphon
c. Mouse
d. Joystik
e. Trackball
f. Light Pen
g. Digitizing Tablet
h. Layar Sentuh ( Touch Screen)
i. Scenner
2. Perangkat keras (Out Put Device)
a. Monitor
-. Monitor CRT (Cathod Ray Tube)
-. Monitor Layar Datar (flat Panel Display), LCD, EL, dan Plasma
b. Printer

Kamis, 27 Mei 2010

Strategi dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang secara khas disajikan oleh seorang guru di kelas. Dalam model pembelajaran terdapat startegi pembelajaran yang merupakan pendekatan untuk mencapai kompetensi siswa dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan penjabaran dari strategi pembelajaran. Dari strategi diturunkan lagi ke teknik pembelajaran yang merupakan cara konkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.

Guru dapat berkreasi dengan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang khas secara menarik, menyenangkan, dan bermanfaat bagi siswa. Strategi dan metode tersebut dapat pila berbeda dengan strategi dan metode guru di sekolah lain. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi serta metode yang secara spesifik karena strategi dan metode adalah aspek yang paling penting dalam sebuah proses pembelajaran.

Strategi adalah sebuah pendekatan dalam pembelajaran
Metode adalah bagian dari pendekatan tersebut, yaitu cara untuk mengerjakan sesuatu dalam rangka mencapai tujuan .
Contoh :
Pembelajaran aktif adalah sebuah startegi atau pendekatan dalam pembelajaran, yang mencakup beberapa metode seperti kerja kelompok. Perlu diingat bahwa satu metode yang sama dapat digunakan dalam strategi pembelajaran yang berbeda-beda.

Macam-macam Startegi pembelajaran :
1. Collaborative Learning / Cooperatif learning
2. Discovery-based learning
3. problem - based learning
4. Active learning
5. Contextual learning
6. Projek based learning

Macam-macam Metode Pembelajaran :
1. Metode ceramah
2. Metode Demonstrasi
3. Metode Simulasi
4. Metode diskusi
5. Metode curah pendapat (Brainstorming)
6. Metode permainan
7. Metode Studi mandiri
8. Metode Studi Kasus
9. Metode Pembelajaran terprogram
10. Metode do- look- learn
11. Metode Praktikum
12. Metode Bermain peran/ role play

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang bingung unt5uk membedakannya, Istilah-istilah tersebuat adalah :
1. Pendekatan Pembelajaran
2. Startegi pembelajaran
3. Metode pembelajaran
4. Teknik pembelajaran
5. Taktik pembelajaran
6. Model pembelajaran.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya , pembelajaran dapat dibag ke dalam dua jenis yaitu :
1. Pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada atau berpusat pada siswa ( student centered approach) ,dan
2. Pedekatan yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher cebtered approach).

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan diturunkan ke dalam strategi pembelajaran . Newman dan Logan (Abin Syamsydin Makmum,2003) mengungkapkan empat strategi dari setiap usasa, yaitu :
1. Mengidentifikasi dan dan menetapkan spesifikasi serrta kualifikasi hasil (out put);
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya;
2. Mempertimbangkan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran;
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (step) sejak titik awal sampai dengan sasaran;
4. Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran( standard)
untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achivement) usaha.

Jika diterapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur itu adalah :
1. Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil prilaku dan pribadi peserta didik;
2. Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif;
3. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran;
4. Menetapkan norma=norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya,2008) mengemukakan bahwa Strategi Pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus diklkerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien. Selanjutnya dengan mengutif pemikiran J.R David, Wina Senjaya(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran mengandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputuasan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya , pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yakni :
1. exposition- discovery learning,dan;
2. grup- individual learning (Rowntee dalam Wina Senjaya 2008). Ditinjau dari cara penyajiannya dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif, dan strategi pembelajaran deduktif.
Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain , strategi pembelajaran merupakan " a plan of operation achieving something" sedangkan metode adalah
" a way in achieving something.' Jadi metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam hal ini terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran , diantaranya :
1. ceramah;
2. demonstrasi;
3. diskusi;
4. simulasi;
5. labolatorium;
6. pengalaman lapangan;
7. brainstorming;
8. debat;
9. simposiun, dsb.

Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian teknik pembelajaran dapat dioartikan sebagai cara yang dilakukan untuk mengimplementasikan suatru metoda secara spesifik. Misalnya, penggunaan metode cerah pada kelas dengan jumlah siswa relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat mengganti-ganti teknik meskipun masih dalam koridor metode yang sama.

Sementara yang dimaksud dengan taktik pembelajaran merupakan gaya sesorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang yang sam-sama menggunakan metode ceramah, tapi mungkin akan sangat berbeda taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya, yang cenderung banyak diselingi humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang satunya memiliki sense of humor yang rendah., tetapi banyak menggunakan alat bantu elektronik karena di sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya mengajar akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai dengan kemampuannya, pengalaman, dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan. dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekaligus juga seni.

Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Jadi model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau kemasan atau bingkai dari penerapan sebuah pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Berkenaan dengaqn model pembelajaran , Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan Benyamin Surasega, 1990) memngelompokkan empat model pembelajara, yakni :
1. Model interaksi sosial;
2. Model Pengolahan informasi;
3. Model Personal Humanistik, dan;
4. Model modifikasi tingkah laku.
Kendatipun demikian , seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.
Di luar istilaqh-istilah tersebut, dalam prosews pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran. Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan ruamah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun yang akan menimbulkan kesan dan pesan yang berbeda serta unik, sedangkan desain adalah menetapkan cetak biru (bleu print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang diperlukannya dan urutan serta langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai tahap akhir, setelah tipe rumah yang akan dibangun ditetapkan.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk melaksanakan tugasnya secara profesional , seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembel;ajaran yang efektif, kreatif, dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam KTSP.


Seandainya para guru telah memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (teori dan konsep) seperti dikemukakan di atas, maqka pada dasarnya seorang guru akan dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang khas dan tersendiri, sesuai dengan situasi dan kondisi nyata dilapangan, sehingga pada gilirannya muncul mode3l-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang tentunya akan memperkaya khasanah model pembelajaran yang telah ada.

http://akhmadsudrajat.wordpres.com/2008/09/12pengertian-pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik- dan-model- pembelajaran/.





Sabtu, 22 Mei 2010

Pengantar Teknologi Informasi

Pengantar Teknologi Informasi

Komputer

Bagian-bagian Komputer :

- Monitor;

- Cvu;

- Kaybord;

- Mouse;

- Scener.

Pengertian Komputer : diambil dari bahasa latin “computare” yang berarti menghitung (to compute).

Donal. H. Sanders :

Komputer adalah system elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat yang dirancang untuk menerima input, memprosesnya, dan menghasilkan output.

Larrylong dan Nancy Long :

Komputer adalah sebuah alat elektronik yang dapat menterjemahkan , mengesekusi bahan dari input, diproses, dan menghasilkan produk.

Sistem adalah satu kesatuan elemen-elemen yng saling berhubungan, membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan tugas

Tujuan pokok dari system computer adalah mengolah data untuk menghasilkan informasi.

Komponen CVU : maind board, memory, dan hardisk

Elemen Komputer : hardware, soft ware, dan brain ware

Blok Diagram Komputer

Perangkat masukan (input device),perangkat proses (central processing unit),Perangkat keluaran (output device) ======Media penyimpanan (storage device)