Selasa, 01 Juni 2010

Mencari Jati diri Sebagai Guru

Apakah Anda Guru sebenar-benarnya Guru?
30 10 2009
A. Pengertian Guru
Untuk mengetahui pengertian guru, penulis terlebih dahulu mengemukakan bahwa keberadaan guru bagi suatu Negara amatlah penting apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebi bagi keberlangsungan hidup yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu yang berguna bagi masyarakat.
Sebagai kelanjutan mengenai pengertian guru, penulis dalam hal ini mengemukakan bahwa pengertian guru pada prinsipnya adalah orang yang kerjanya mengajar.[1]
Sedangkan Drs. Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan khusus sebagai guru.[2]
Jika kita telaah kedua pengertian guru tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa guru merupakan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian tertentu dalam usaha mewariskan ilmu pengetahuan bagi orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, H. Abdurrahman mengemukakan bahwa:
Guru ialah seorang anggota masyarakat yang berkompoten (cakap, mampu dan wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah.[3]
Berdasarkan pengertian guru dari beberapa argumen tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa guru pada prinsipnya merupakan suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu. Dimana masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.
Pada sisi lain dengan melihat tugas dan tanggung jawab guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam mengemban tugas, sehingga fungsi guru yang paling utama adalah memimpin siswa ke arah tujuan yang tegas.
Bertolak dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa guru ialah salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar yang sangat berperan dalam mengarahkan siswa ke arah pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan. Oleh karena guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan penting secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan ilmu yang semakin berkembang. Dengan kata lain bahwa pada setiap pribadi guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya kepada suatu kedewasaan.
Oleh karena itu bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang perlu dikembangkan pribadinya. Sesuai dengan ungkapan Sardiman A.M. sebagai berikut:
Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang transfer of values yang sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberi-kan pengarahan dan penuntun siswa dalam belajar.[4]
Dari beberapa pengertian dan uraian di atas, maka semakin nyatalah bagi kita bahwa pada kesimpulannya guru merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai profesi tertentu, atau dengan kata lain guru memiliki keahlian tertentu yang berusaha mewariskan ilmu pengetahuan kepada orang lain (siswa). Sehingga siswa dalam mengembangkan kemampu-annya serta kematangan untuk mencapai kedewasaannya dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
B. Peranan, Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Sebagai kelanjutan pembahasan mengenai guru, penulis dalam hal ini mengacu pada ketiga unsur yakni pembahasan tentang peranan, tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepada guru yang merupakan profesi yang dapat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan yang dicanangkan pemerintah yakni menjadi masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk mempermudah pembahasan dari ketiga unsur di atas, penulis lebih lanjut akan menjelaskan secara terpisah. Namun pada dasarnya dari ketiga unsur tersebut tidak dapat terpisahkan dalam arti mempunyai keterkaitan hubungan yang erat. Atau dengan kata lain baik peranan, tugas dan tanggung jawab harus seiring dan saling menunjang.
1. Peranan Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru seyogyanya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu siswa terhadap perkembangannya. Melalui perannya sebagai pengajar guru juga diharapkan mampu mendorong anak agar senantiasa belajar pada berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Untuk mengetahui lebih jauh tentang peranan guru, di dalam buku Pengelolaan Pengajaran secara singkat Drs. H. Abdurrahman, S.Pd. menekankan bahwa:
Untuk mengetahui tugas-tugas keguruan itu, seorang guru berperanan sebagai:
1. Motivator
2. Fasilitator
3. Organisator
4. Informator
5. Konselor.[5]
Untuk memudahkan pengertian dari kelima peranan di atas, penulis lebih lanjut memberi kejelasan sebagai berikut:
1. Motivator, artinya seorang guru hendaknya memberi dorongan dan anjuran kepada siswanya agar secara aktif dan kreatif serta positif berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya.
2. Fasilitator, artinya guru berupaya menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi secara positif, aktif dan kreatif.
3. Organisator, artinya guru berupaya mengatur, merencana-kan, memprogramkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan dalam proses belajar mengajar.
4. Informator, artinya guru mampu memberikan informasi yang
diperlukan oleh siswa, baik untuk kepentingan dan kelancar-an kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk kepentingan masa depan siswa.
1. Konselor, artinya guru hendaknya memberikan bimbingan dan penyuluhan, atau pelayanan khusus kepada siswa yang mempunyai permasalahan baik yang bersifat educational maupun emosional, sosial serta yang bersifat mental spritual.
Bertolak dari penjelasan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas guru dalam pengajaran atau kependidikan bukan mencakup terbatas pada kegiatan belajar saja, akan tetapi justru lebih dari itu pada sisi lain pula seorang guru perlu juga memperhatikan perannya untuk berusaha menyelesaikan hal yang sifatnya berbentuk kejiwaan. Atau dengan kata lain dapat menyelesaikan hal yang dapat mempengaruhi siswa baik dari segi emosional dan sosial maupun yang bersifat mental spiritual.
Seiring dengan asumsi di atas, Drs. Slameto secara jelas mengemukakan bahwa:
Pengetahuan yang dibawa anak dari lingkungan keluarga-nya, dapat memberi sumbangan yang besar bagi guru untuk mengajar. Latar belakang kebudayaan, sikap dan kebiasaan, minat perhatian dan kesenangan berperanan pula terhadap pelajaran yang akan diberikan.[6]
Berdasarkan dari pernyataan di atas, maka semakin jelaslah bagi kita bahwa peranan seorang guru memperhatikan siswa dari berbagai aspek tentunya akan semakin mudah pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh siswa. Sebab keterpaduan perhatian guru dalam peranannya terhadap pendidikan formal dan informal saling berkaitan.
2. Tugas Guru
Tugas seorang guru sebagai suatu unsur yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, dimana tuntutan pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Terkait dengan tugas yang diemban oleh seorang guru, Drs. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa:
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Dan apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.[7]
Sebagai konsekuensi dari ungkapan di atas, secara terperinci dikemukakan bahwa ada tiga jenis yang menjadi tugas guru. Dan dari ketiga jenis tersebut tentunya tidak dapat diabaikan guna kelancaran pendidikan yang mempunyai tujuan ke arah pembangunan manusia seutuhnya.
Untuk lebih jelasnya penulis memberikan kejelasan dari ketiga jenis tugas guru tersebut, yakni:
“Tugas dalam bidang profesi”, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Seperti mendidik, melatih dan mengajar dalam arti mentransfer ilmu pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta mengembangkan keterampilan pada siswa.
“Tugas dalam bidang kemanusiaan”, artinya guru mencerminkan dirinya kepada siswa sebagai orang tua kedua. Maka dengan demikian siswa tergugah mendapatkan perhatian yang terarah kepada kegairahan belajar secara tekun.
“Tugas dalam bidang kemasyarakatan”, artinya guru hendaknya mampu menjadikan masyarakat yang berilmu pengetahuan menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Bertolak dari ketiga unsur yang menjadi tugas guru di atas, maka dapatlah kita mengetahui bahwa pada hakekatnya seorang guru mengemban tugas sesuai dengan profesinya untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada setiap masyarakat yang membutuhkan. Hal ini berarti bahwa tugas guru di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bukan hanya berfokus pada siswa saja, akan tetapi guru harus mampu memadukan tugasnya dengan sadar yang diorientasikan pada siswa, masyarakat maupun untuk kepentingan kemanusiaan.
Jika kita telusuri kegagalan seorang guru terhadap pencapaian tujuan pendidikan, juga disebabkan kurang ada keterpaduan tugas guru antara profesi, kemanusiaan serta kemasyarkatan. Maka dengan demikian seorang guru hendaknya mampu mengarahkan siswa kepada perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilan-nya, maupun dalam sikapnya terhadap kemanusiaan dan kemasyarakatan.
3. Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab seorang guru di sini, penulis hanya orientasikan pada disiplin ilmu pengetahuan yang mana guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Mengingat pentingnya tanggung jawab guru terhadap anak, Drs. Slameto menegaskan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar sedemikian rupa sehingga dapat merangsang untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuh-an dan menciptakan tujuan.[8]
Mengingat pentingnya tanggung jawab seorang guru, diibaratkan tanggung jawab seorang ayah terhadap anaknya. Sebagai cermin tentang pentingnya tanggung jawab tersebut Allah berfirman dalam surah Luqman ayat 17 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuat-an yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Dan sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[9]
Bertolak dari ayat tersebut di atas, maka penulis berasumsi bahwa tanggung jawab seorang guru yang dianggap sebagai orang tua kedua amatlah penting. Sebab perintah mengerjakan yang baik dan mencegah yang mungkar merupakan salah satu unsur yang dapat merubah tingkah laku anak kepada tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada setiap jenjang pendidikan.
Sebagai kesimpulan dari ketiga unsur yakni peranan, tugas dan tanggung jawab guru pada prinsipnya mempunyai hubungan yang erat. Hal ini berarti peranan, tugas serta tanggung jawab guru pada prinsipnya diorientasikan pada adanya usaha untuk merubah tingkah laku siswa. Dan dengan adanya perubahan yang dialami siswa tentunya proses pemberian ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pembentukan pribadi yang dapat berguna bagi Bangsa dan Negara.
Pada sisi lain mengingat pentingnya keberhasilan pendidikan yang dibebankan kepada manusia adalah kewajiban sehingga tidak ketinggalan zaman. Dan jauh sebelumnya Allah swt. di dalam firman-Nya pada surah al-Taubah ayat 122 berbunyi sebagai berikut:
Terjemahnya:
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama, dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[10]
Begitu pentingnya yang dinamakan pendidikan, sehingga Allah swt. memperingatkan pada segolongan umat untuk menuntut ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pendidikan agama.
c. Hubungan Siswa dengan Guru
Salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan
pendidikan adalah terjalinnya hubungan guru dengan siswa yang baik, dalam hal ini adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan siswa di dalam proses belajar mengajar, untuk menciptakan situasi yang demikian itu, Sardiman AM. menjelaskan:
1. Perlu dedikasi yang penuh di kalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswanya.
2. Menciptakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan pimpinan, sehingga mencerminkan pula hubungan baik antara guru dan siswa.
3. Sistem pendidikan dan kurikulum yang mantap.
4. Adanya fasilitas ruangan yang memdai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan tempat bertemu antara guru dan siswa.
5. Radio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dan siswa dapat melakukan didikan dan hubungan secara baik.
6. Perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.[11]
Bertolak dari beberapa persyaratan yang perlu mendapat perhatian di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa hubungan antara guru dengan siswa pada dasarnya bukan hanya berfokus pada situasi belajar mengajar. Akan tetapi justru pada sisi lain pun sangat memberi pengaruh dalam upaya menciptakan hubungan yang harmonis. Misalnya hubungan staf pengajar dengan pimpinan akan menjadi salah satu bagian yang dapat mencerminkan adanya hubungan baik antara guru dengan siswa.
Hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik jika didukung oleh kurikulum yang mantap, fasilitas, tingkat rasio guru dan siswa selaras serta adanya kesejahteraan guru yang memadai. Hal ini berarti jika keseluruhan persyaratan yang tersebut di atas masing-masing dapat terpenuhi dengan baik, tentunya hubungan antara guru dengan siswa juga semakin harmonis. Dan semakin besar pula harapan tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal dan terarah.
Maka dengan demikian jika kita melihat dari beberapa ungkapan tersebut di atas, maka secara rinci penulis dapat menggambarkan bahwa hubungan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar tentunya perlu interaksi yang selaras. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa seorang guru dalam berinteraksi dengan siswa sering mendapatkan tantangan yang sangat mendasar yang diorientasikan pada kenyataan hidup siswa. Di mana seorang guru menghadapi beberapa sikap siswa
yang berbeda-beda.
Oleh karena itu jika hubungan siswa dengan guru di dalam mentransfer ilmu pengetahuan, tentunya perlu adanya suatu hubungan yang erat di antara kedua unsur tersebut, sehingga dengan demikian akan terciptalah suasana harmonis dalam porses belajar mengajar.
________________________________________
[1]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 135.
[2]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 4.
[3]H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran (Ujungpandang: Bintang Selatan, 1993), h. 57.
[4]Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Cet. IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h. 123.
[5]H. Abdurrahman, op. cit., h. 69.
[6]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 97.
[7]Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 4.
[8]Slameto, op. cit., h. 99.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar