Selasa, 01 Juni 2010

Model Pembelajaran

Model-Model Pembelajaran yang Efektif

22 11 2009

Examples Non Examples

Langkah-langkah :

  1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
  2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
  3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk memperhatikan/menganalisa gambar
  4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
  5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
  6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai
  7. Kesimpulan

Picture and Picture

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Menyajikan materi sebagai pengantar
  3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi
  4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
  5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut
  6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
  7. Kesimpulan/rangkuman

Numbered Heads Together

Langkah-langkah :

  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya
  3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
  4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
  5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain
  6. Kesimpulan

COOPERATIVE SCRIPT

Skrip kooperatif :

Metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari

Langkah-langkah :

  1. Guru membagi siswa untuk berpasangan
  2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.

Sementara pendengar :

  • Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
  • Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
  1. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
  2. Kesimpulan Siswa bersama-sama dengan Guru
  3. Penutup

KEPALA BERNOMOR STRUKTUR

Langkah-langkah :

  1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
  2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berangkai

Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

  1. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
  2. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
  3. Kesimpulan

STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Langkah-langkah :

  1. Membentuk kelompok yang anggotanya = 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
  2. Guru menyajikan pelajaran
  3. Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
  4. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu
  5. Memberi evaluasi
  6. Kesimpulan

JIGSAW (MODEL TIM AHLI) (ARONSON, BLANEY, STEPHEN, SIKES, AND SNAPP, 1978)

Langkah-langkah :

  1. Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim
  2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
  3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
  4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka
  5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
  6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
  7. Guru memberi evaluasi
  8. Penutup

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI) : (PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH)

Langkah-langkah :

  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.
  2. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)
  3. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.
  4. Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
  5. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan

ARTIKULASI

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
  3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang
  4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
  5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya
  6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
  7. Kesimpulan/penutup

MIND MAPPING

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa dan sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
  3. Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
  4. Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi
  5. Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
  6. Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan guru

MAKE – A MATCH : MENCARI PASANGAN (Lorna Curran, 1994)

Langkah-langkah :

  1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban
  2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu
  3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
  4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban)
  5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin
  6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
  7. Demikian seterusnya
  8. Kesimpulan/penutup

THINK PAIR AND SHARE (FRANK LYMAN, 1985)

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru
  3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
  4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya
  5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa
  6. Guru memberi kesimpulan
  7. Penutup

DEBATE

Langkah-langkah :

  1. Guru membagi 2 kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
  2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
  3. Setelah selesai membaca materi, Guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara saat itu, kemudian ditanggapi oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa bisa mengemukakan pendapatnya.
  4. Sementara siswa menyampaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide dari setiap pembicaraan sampai mendapatkan sejumlah ide diharapkan.
  5. Guru menambahkan konsep/ide yang belum terungkap
  6. Dari data-data yang diungkapkan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.

ROLE PLAYING

Langkah-langkah :

  1. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
  2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dalam waktu beberapa hari sebelum KBM
  3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
  4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
  5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang sudah dipersiapkan
  6. Masing-masing siswa berada di kelompoknya sambil mengamati skenario yang sedang diperagakan
  7. Setelah selesai ditampilkan, masing-masing siswa diberikan lembar kerja untuk membahas penampilan masing-masing kelompok.
  8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
  9. Guru memberikan kesimpulan secara umum
  10. Evaluasi
  11. Penutup

GROUP INVESTIGATION

Langkah-langkah :

  1. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok heterogen
  2. Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok
  3. Guru memanggil ketua kelompok dan setiap kelompok mendapat tugas satu materi/tugas yang berbeda dari kelompok lain
  4. Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara kooperatif yang bersifat penemuan
  5. Setelah selesai diskusi, juru bicara kelompok menyampaikan hasil pembahasan kelompok
  6. Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberi kesimpulan
  7. Evaluasi
  8. Penutup

TALKING STICK

Langkah-langkah :

  1. Guru menyiapkan sebuah tongkat
  2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi.
  3. Setelah selesai membaca materi/buku pelajaran dan mempelajarinya, siswa menutup bukunya.
  4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
  5. Guru memberikan kesimpulan
  6. Evaluasi
  7. Penutup

BERTUKAR PASANGAN

Langkah-langkah :

  1. Setiap siswa mendapat satu pasangan (guru bisa menunjuk pasangannya atau siswa memilih sendiri pasangannya).
  2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
  3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan yang lain.
  4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
  5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

SNOWBALL THROWING

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
  2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
  3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
  4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
  5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
  6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
  7. Evaluasi
  8. Penutup

STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING

Siswa/peserta mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta lainnya

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya misalnya melalui bagan/peta konsep.
  4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
  5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
  6. Penutup

COURSE REVIEW HORAY

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan materi
  3. Memberikan kesempatan siswa tanya jawab
  4. Untuk menguji pemahaman, siswa disuruh membuat kotak 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan dan tiap kotak diisi angka sesuai dengan selera masing-masing siswa
  5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menulis jawaban di dalam kotak yang nomornya disebutkan guru dan langsung didiskusikan, kalau benar diisi tanda benar (Ö) dan salah diisi tanda silang (x)
  6. Siswa yang sudah mendapat tanda Ö vertikal atau horisontal, atau diagonal harus berteriak horay … atau yel-yel lainnya
  7. Nilai siswa dihitung dari jawaban benar jumlah horay yang diperoleh
  8. Penutup

DEMONSTRATION

(Khusus materi yang memerlukan peragaan atau percobaan misalnya Gussen)

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
  2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
  3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
  4. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario yang telah disiapkan.
  5. Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisanya.
  6. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa didemontrasikan.
  7. Guru membuat kesimpulan.

EXPLICIT INTSRUCTION (PENGAJARAN LANGSUNG) (ROSENSHINA & STEVENS, 1986)

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah

Langkah-langkah :

  1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
  2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
  3. Membimbing pelatihan
  4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
  5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan

COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) : KOOPERATIF TERPADU MEMBACA DAN MENULIS (STEVEN & SLAVIN, 1995)

Langkah-langkah :

  1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen
  2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran
  3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas
  4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok
  5. Guru membuat kesimpulan bersama
  6. Penutup

INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE (LINGKARAN KECIL-LINGKARAN BESAR) OLEH SPENCER KAGAN

“Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur”

Langkah-langkah :

  1. Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar
  2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam
  3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi. Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang bersamaan
  4. Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam.
  5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi. Demikian seterusnya

TEBAK KATA

MEDIA :

Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban (istilah) pada kartu yang ingin ditebak.

Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :

  1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi ± 45 menit.
  2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
  1. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 10×10 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya. Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 5×2 cm yang isinya tidak boleh dibaca (dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
  2. Sementara siswa membawa kartu 10×10 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 10×10 cm. jawaban tepat bila sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
  3. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan langsung memberi jawabannya.
  4. Dan seterusnya

CONTOH KARTU

Perusahaan ini tanggung-jawabnya tidak terbatas

Dimiliki oleh 1 orang

Struktur organisasinya tidak resmi

Bila untung dimiliki,diambil sendiri

NAH … SIAPA … AKU ?

JAWABNYA : PERUSAHAAN PERSEORANGAN

CONSEPT SENTENCE

Langkah-langkah :

  1. Guru menyampaikan kompentensi yang ingin dicapai.
  2. Guru menyajikan materi secukupnya.
  3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang secara heterogen.
  4. Guru Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi yang disajikan.
  5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci setiap kalimat.
  6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan kembali secara pleno yang dipandu oleh Guru.
  7. Kesimpulan.

TIME TOKEN (ARENDS 1998)

Struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial, untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali

Langkah-langkah :

  1. Kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi (cooperative learning / CL)
  2. Tiap siswa diberi kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik. Tiap siswa diberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan.
  3. Bila telah selesai bicara kopon yang dipegang siswa diserahkan. Setiap bebicara satu kupon.
  4. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Yang masih pegang kupon harus bicara sampai kuponnya habis.
  5. Dan seterusnya

KELILING KELOMPOK

Maksudnya agar masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lainnya

Caranya………….?

  1. Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok menilai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan
    1. Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya
    2. Demikian seterusnya giliran bicara bisa dilaksanakan arah perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan

TARI BAMBU

Agar siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dalam waktu singkat secara teratur strategi ini cocok untuk materi yang membutuhkan pertukaran pengalaman pikiran dan informasi antar siswa

Caranya?

  1. Separuh kelas atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak berdiri berjajar . Jika ada cukup ruang mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa berjajar di sela-sela deretan bangku. Cara yang kedua ini akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu relatif singkat.
  2. Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama
  3. Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi sinformasi.
  4. Kemudian satu atau dua siswa yang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapat pasangan yang baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai dengan kebutuhan

DUA TINGGAL DUA TAMU (TWO STAY TWO STRAY) SPENCER KAGAN 1992

Memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lainnya.

Caranya :

  1. Siswa bekerja sama dalam kelompok yang berjumlah 4 (empat) orang
  2. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing menjadi tamu kedua kelompok yang lain
  3. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi ke tamu mereka
  4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain
  5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka

Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia. :mrgreen:

Salam …

==========

Mencari Jati diri Sebagai Guru

Apakah Anda Guru sebenar-benarnya Guru?
30 10 2009
A. Pengertian Guru
Untuk mengetahui pengertian guru, penulis terlebih dahulu mengemukakan bahwa keberadaan guru bagi suatu Negara amatlah penting apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebi bagi keberlangsungan hidup yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu yang berguna bagi masyarakat.
Sebagai kelanjutan mengenai pengertian guru, penulis dalam hal ini mengemukakan bahwa pengertian guru pada prinsipnya adalah orang yang kerjanya mengajar.[1]
Sedangkan Drs. Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan khusus sebagai guru.[2]
Jika kita telaah kedua pengertian guru tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa guru merupakan anggota masyarakat yang mempunyai keahlian tertentu dalam usaha mewariskan ilmu pengetahuan bagi orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, H. Abdurrahman mengemukakan bahwa:
Guru ialah seorang anggota masyarakat yang berkompoten (cakap, mampu dan wewenang) dan memperoleh kepercayaan dari masyarakat dan atau pemerintah untuk melaksanakan tugas, fungsi dan peranan serta tanggung jawab guru baik dalam lembaga pendidikan jalur sekolah maupun lembaga luar sekolah.[3]
Berdasarkan pengertian guru dari beberapa argumen tersebut di atas, maka dapatlah dipahami bahwa guru pada prinsipnya merupakan suatu profesi yang mempunyai keahlian tertentu. Dimana masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya, karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Hal ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.
Pada sisi lain dengan melihat tugas dan tanggung jawab guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks dalam mengemban tugas, sehingga fungsi guru yang paling utama adalah memimpin siswa ke arah tujuan yang tegas.
Bertolak dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa guru ialah salah satu komponen manusia dalam proses belajar mengajar yang sangat berperan dalam mengarahkan siswa ke arah pembentukan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan. Oleh karena guru merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan penting secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan ilmu yang semakin berkembang. Dengan kata lain bahwa pada setiap pribadi guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswanya kepada suatu kedewasaan.
Oleh karena itu bila guru mengajarkan suatu mata pelajaran, ia tidak hanya mengutamakan mata pelajaran tetapi harus juga memperhatikan anak itu sendiri sebagai manusia yang perlu dikembangkan pribadinya. Sesuai dengan ungkapan Sardiman A.M. sebagai berikut:
Guru tidak semata-mata sebagai “pengajar” yang transfer of knowledge, tetapi juga sebagai “pendidik” yang transfer of values yang sekaligus sebagai “pembimbing” yang memberi-kan pengarahan dan penuntun siswa dalam belajar.[4]
Dari beberapa pengertian dan uraian di atas, maka semakin nyatalah bagi kita bahwa pada kesimpulannya guru merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai profesi tertentu, atau dengan kata lain guru memiliki keahlian tertentu yang berusaha mewariskan ilmu pengetahuan kepada orang lain (siswa). Sehingga siswa dalam mengembangkan kemampu-annya serta kematangan untuk mencapai kedewasaannya dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
B. Peranan, Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Sebagai kelanjutan pembahasan mengenai guru, penulis dalam hal ini mengacu pada ketiga unsur yakni pembahasan tentang peranan, tugas dan tanggung jawab yang diembankan kepada guru yang merupakan profesi yang dapat menentukan keberhasilan tujuan pendidikan yang dicanangkan pemerintah yakni menjadi masyarakat yang adil dan makmur.
Untuk mempermudah pembahasan dari ketiga unsur di atas, penulis lebih lanjut akan menjelaskan secara terpisah. Namun pada dasarnya dari ketiga unsur tersebut tidak dapat terpisahkan dalam arti mempunyai keterkaitan hubungan yang erat. Atau dengan kata lain baik peranan, tugas dan tanggung jawab harus seiring dan saling menunjang.
1. Peranan Guru
Dalam proses belajar mengajar, guru berusaha untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru seyogyanya dapat melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu siswa terhadap perkembangannya. Melalui perannya sebagai pengajar guru juga diharapkan mampu mendorong anak agar senantiasa belajar pada berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media. Untuk mengetahui lebih jauh tentang peranan guru, di dalam buku Pengelolaan Pengajaran secara singkat Drs. H. Abdurrahman, S.Pd. menekankan bahwa:
Untuk mengetahui tugas-tugas keguruan itu, seorang guru berperanan sebagai:
1. Motivator
2. Fasilitator
3. Organisator
4. Informator
5. Konselor.[5]
Untuk memudahkan pengertian dari kelima peranan di atas, penulis lebih lanjut memberi kejelasan sebagai berikut:
1. Motivator, artinya seorang guru hendaknya memberi dorongan dan anjuran kepada siswanya agar secara aktif dan kreatif serta positif berinteraksi dengan lingkungan atau pengalaman baru berupa pelajaran yang ditawarkan kepadanya.
2. Fasilitator, artinya guru berupaya menciptakan suasana dan menyediakan fasilitas yang memungkinkan siswa dapat berinteraksi secara positif, aktif dan kreatif.
3. Organisator, artinya guru berupaya mengatur, merencana-kan, memprogramkan dan mengorganisasikan seluruh kegiatan dalam proses belajar mengajar.
4. Informator, artinya guru mampu memberikan informasi yang
diperlukan oleh siswa, baik untuk kepentingan dan kelancar-an kegiatan proses belajar mengajar maupun untuk kepentingan masa depan siswa.
1. Konselor, artinya guru hendaknya memberikan bimbingan dan penyuluhan, atau pelayanan khusus kepada siswa yang mempunyai permasalahan baik yang bersifat educational maupun emosional, sosial serta yang bersifat mental spritual.
Bertolak dari penjelasan di atas, maka dapatlah disimpulkan bahwa tugas guru dalam pengajaran atau kependidikan bukan mencakup terbatas pada kegiatan belajar saja, akan tetapi justru lebih dari itu pada sisi lain pula seorang guru perlu juga memperhatikan perannya untuk berusaha menyelesaikan hal yang sifatnya berbentuk kejiwaan. Atau dengan kata lain dapat menyelesaikan hal yang dapat mempengaruhi siswa baik dari segi emosional dan sosial maupun yang bersifat mental spiritual.
Seiring dengan asumsi di atas, Drs. Slameto secara jelas mengemukakan bahwa:
Pengetahuan yang dibawa anak dari lingkungan keluarga-nya, dapat memberi sumbangan yang besar bagi guru untuk mengajar. Latar belakang kebudayaan, sikap dan kebiasaan, minat perhatian dan kesenangan berperanan pula terhadap pelajaran yang akan diberikan.[6]
Berdasarkan dari pernyataan di atas, maka semakin jelaslah bagi kita bahwa peranan seorang guru memperhatikan siswa dari berbagai aspek tentunya akan semakin mudah pencapaian tujuan yang dicita-citakan oleh siswa. Sebab keterpaduan perhatian guru dalam peranannya terhadap pendidikan formal dan informal saling berkaitan.
2. Tugas Guru
Tugas seorang guru sebagai suatu unsur yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, dimana tuntutan pencapaian tujuan pendidikan hanya dapat tercapai apabila seorang guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Terkait dengan tugas yang diemban oleh seorang guru, Drs. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa:
Jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Dan apabila dikelompokkan terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.[7]
Sebagai konsekuensi dari ungkapan di atas, secara terperinci dikemukakan bahwa ada tiga jenis yang menjadi tugas guru. Dan dari ketiga jenis tersebut tentunya tidak dapat diabaikan guna kelancaran pendidikan yang mempunyai tujuan ke arah pembangunan manusia seutuhnya.
Untuk lebih jelasnya penulis memberikan kejelasan dari ketiga jenis tugas guru tersebut, yakni:
“Tugas dalam bidang profesi”, artinya suatu jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Seperti mendidik, melatih dan mengajar dalam arti mentransfer ilmu pengetahuan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta mengembangkan keterampilan pada siswa.
“Tugas dalam bidang kemanusiaan”, artinya guru mencerminkan dirinya kepada siswa sebagai orang tua kedua. Maka dengan demikian siswa tergugah mendapatkan perhatian yang terarah kepada kegairahan belajar secara tekun.
“Tugas dalam bidang kemasyarakatan”, artinya guru hendaknya mampu menjadikan masyarakat yang berilmu pengetahuan menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Bertolak dari ketiga unsur yang menjadi tugas guru di atas, maka dapatlah kita mengetahui bahwa pada hakekatnya seorang guru mengemban tugas sesuai dengan profesinya untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada setiap masyarakat yang membutuhkan. Hal ini berarti bahwa tugas guru di dalam mengembangkan ilmu pengetahuan bukan hanya berfokus pada siswa saja, akan tetapi guru harus mampu memadukan tugasnya dengan sadar yang diorientasikan pada siswa, masyarakat maupun untuk kepentingan kemanusiaan.
Jika kita telusuri kegagalan seorang guru terhadap pencapaian tujuan pendidikan, juga disebabkan kurang ada keterpaduan tugas guru antara profesi, kemanusiaan serta kemasyarkatan. Maka dengan demikian seorang guru hendaknya mampu mengarahkan siswa kepada perubahan tingkah laku baik dalam aspek pengetahuannya, keterampilan-nya, maupun dalam sikapnya terhadap kemanusiaan dan kemasyarakatan.
3. Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab seorang guru di sini, penulis hanya orientasikan pada disiplin ilmu pengetahuan yang mana guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak.
Mengingat pentingnya tanggung jawab guru terhadap anak, Drs. Slameto menegaskan bahwa:
Dalam proses belajar mengajar guru tidak terbatas sebagai penyampai ilmu pengetahuan akan tetapi lebih dari itu, ia bertanggung jawab akan keseluruhan perkembangan kepribadian murid. Ia harus mampu menciptakan proses belajar sedemikian rupa sehingga dapat merangsang untuk belajar secara aktif dan dinamis dalam memenuhi kebutuh-an dan menciptakan tujuan.[8]
Mengingat pentingnya tanggung jawab seorang guru, diibaratkan tanggung jawab seorang ayah terhadap anaknya. Sebagai cermin tentang pentingnya tanggung jawab tersebut Allah berfirman dalam surah Luqman ayat 17 yang berbunyi:
Terjemahnya:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuat-an yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Dan sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).[9]
Bertolak dari ayat tersebut di atas, maka penulis berasumsi bahwa tanggung jawab seorang guru yang dianggap sebagai orang tua kedua amatlah penting. Sebab perintah mengerjakan yang baik dan mencegah yang mungkar merupakan salah satu unsur yang dapat merubah tingkah laku anak kepada tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada setiap jenjang pendidikan.
Sebagai kesimpulan dari ketiga unsur yakni peranan, tugas dan tanggung jawab guru pada prinsipnya mempunyai hubungan yang erat. Hal ini berarti peranan, tugas serta tanggung jawab guru pada prinsipnya diorientasikan pada adanya usaha untuk merubah tingkah laku siswa. Dan dengan adanya perubahan yang dialami siswa tentunya proses pemberian ilmu pengetahuan dapat memberi pengaruh pembentukan pribadi yang dapat berguna bagi Bangsa dan Negara.
Pada sisi lain mengingat pentingnya keberhasilan pendidikan yang dibebankan kepada manusia adalah kewajiban sehingga tidak ketinggalan zaman. Dan jauh sebelumnya Allah swt. di dalam firman-Nya pada surah al-Taubah ayat 122 berbunyi sebagai berikut:
Terjemahnya:
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama, dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.[10]
Begitu pentingnya yang dinamakan pendidikan, sehingga Allah swt. memperingatkan pada segolongan umat untuk menuntut ilmu pengetahuan baik pengetahuan umum maupun pendidikan agama.
c. Hubungan Siswa dengan Guru
Salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan
pendidikan adalah terjalinnya hubungan guru dengan siswa yang baik, dalam hal ini adalah terjalinnya komunikasi yang baik antara guru dan siswa di dalam proses belajar mengajar, untuk menciptakan situasi yang demikian itu, Sardiman AM. menjelaskan:
1. Perlu dedikasi yang penuh di kalangan guru yang disertai dengan kesadaran akan fungsinya sebagai pamong bagi anak didiknya/siswanya.
2. Menciptakan hubungan yang baik antara sesama staf pengajar dan pimpinan, sehingga mencerminkan pula hubungan baik antara guru dan siswa.
3. Sistem pendidikan dan kurikulum yang mantap.
4. Adanya fasilitas ruangan yang memdai bagi para guru untuk mencukupi kebutuhan tempat bertemu antara guru dan siswa.
5. Radio guru dan siswa yang rasional, sehingga guru dan siswa dapat melakukan didikan dan hubungan secara baik.
6. Perlu adanya kesejahteraan guru yang memadai sehingga guru tidak terpaksa harus mencari hasil sampingan.[11]
Bertolak dari beberapa persyaratan yang perlu mendapat perhatian di atas, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa hubungan antara guru dengan siswa pada dasarnya bukan hanya berfokus pada situasi belajar mengajar. Akan tetapi justru pada sisi lain pun sangat memberi pengaruh dalam upaya menciptakan hubungan yang harmonis. Misalnya hubungan staf pengajar dengan pimpinan akan menjadi salah satu bagian yang dapat mencerminkan adanya hubungan baik antara guru dengan siswa.
Hubungan antara guru dan siswa dapat terjalin dengan baik jika didukung oleh kurikulum yang mantap, fasilitas, tingkat rasio guru dan siswa selaras serta adanya kesejahteraan guru yang memadai. Hal ini berarti jika keseluruhan persyaratan yang tersebut di atas masing-masing dapat terpenuhi dengan baik, tentunya hubungan antara guru dengan siswa juga semakin harmonis. Dan semakin besar pula harapan tujuan pendidikan dapat tercapai secara maksimal dan terarah.
Maka dengan demikian jika kita melihat dari beberapa ungkapan tersebut di atas, maka secara rinci penulis dapat menggambarkan bahwa hubungan antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar tentunya perlu interaksi yang selaras. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa seorang guru dalam berinteraksi dengan siswa sering mendapatkan tantangan yang sangat mendasar yang diorientasikan pada kenyataan hidup siswa. Di mana seorang guru menghadapi beberapa sikap siswa
yang berbeda-beda.
Oleh karena itu jika hubungan siswa dengan guru di dalam mentransfer ilmu pengetahuan, tentunya perlu adanya suatu hubungan yang erat di antara kedua unsur tersebut, sehingga dengan demikian akan terciptalah suasana harmonis dalam porses belajar mengajar.
________________________________________
[1]W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h. 135.
[2]Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 4.
[3]H. Abdurrahman, Pengelolaan Pengajaran (Ujungpandang: Bintang Selatan, 1993), h. 57.
[4]Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Cet. IV; Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h. 123.
[5]H. Abdurrahman, op. cit., h. 69.
[6]Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 97.
[7]Moh. Uzer Usman, op. cit., h. 4.
[8]Slameto, op. cit., h. 99.

Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi

Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi

22 11 2009

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan orientasi pencapaian kompetensi peserta didik. Sehingga muara akhir hasil pembelajaran adalah meningkatnya kompetensi peserta didik yang dapat diukur dalam pola sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Prinsip pembelajaran berbasis kompetensi adalah sebagai berikut:

  1. Berpusat pada peserta didik agar mencapai kompetensi yang diharapkan. Peserta didik menjadi subjek pembelajaran sehingga keterlibatan aktivitasnya dalam pembelajaran tinggi. Tugas guru adalah mendesain kegiatan pembelajaran agar tersedia ruang dan waktu bagi peserta didik belajar secara aktif dalam mencapai kompetensinya.
  2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan dalam KD dan SK tercapai secara utuh. Aspek kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
  3. Pembelajaran dilakukan dengan sudut pandang adanya keunikan individual setiap peserta didik. Peserta didik memiliki karakteristik, potensi, dan kecepatan belajar yang beragam. Oleh karena itu dalam kelas dengan jumlah tertentu, guru perlu memberikan layanan individual agar dapat mengenal dan mengembangkan peserta didiknya.
  4. Pembelajaran dilakukan secara bertahap dan terus menerus menerapkan prinsip pembelajaran tuntas (mastery learning) sehingga mencapai ketuntasan yang ditetapkan. Peserta didik yang belum tuntas diberikan layanan remedial, sedangkan yang sudah tuntas diberikan layanan pengayaan atau melanjutkan pada kompetensi berikutnya.
  5. Pembelajaran dihadapkan pada situasi pemecahan masalah, sehingga peserta didik menjadi pembelajar yang kritis, kreatif, dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu guru perlu mendesain pembelajaran yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan atau konteks kehidupan peserta didik dan lingkungan.
  6. Pembelajaran dilakukan dengan multi strategi dan multimedia sehingga memberikan pengalaman belajar beragam bagi peserta didik.
  7. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber

Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip pembelajaran berbasis kompetensi. Dengan lima strategi pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), yaitu relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferrini diharapkan peserta didik mampu mencapai kompetensi secara maksimal.

Tujuh konsep utama pembelajaran kontekstual, yaitu:

  1. Constructivisme
  • § Belajar adalah proses aktif mengonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman alami maupun manusiawi, yang dilakukan secara pribadi dan sosial untuk mencari makna dengan memproses informasi sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimiliki
  • § Belajar berarti menyediakan kondisi agar memungkinkan peserta didik membangun sendiri pengetahuannya
  • § Kegiatan belajar dikemas menjadi proses mengonstruksi pengetahu-an, bukan menerima pengetahuan sehingga belajar dimulai dari apa yang diketahui peserta didik. Peserta didik menemukan ide dan pengetahuan (konsep, prinsip) baru, menerapkan ide-ide, kemudian peserta didik mencari strategi belajar yang efektif agar mencapai kompetensi dan memberikan kepuasan atas penemuannya itu.
  1. Inquiry
  • § Siklus inkuiri: observasi dimulai dengan bertanya, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik simpulan.
  1. § Langkah-langkah
  • § Dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif
  • § Belajar dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil sehingga kemampuan sosial dan komunikasi berkembang
  1. Modelling
  • § Berguna sebagai contoh yang baik yang dapat ditiru oleh peserta didik seperti cara menggali informasi, demonstrasi, dan lain-lain.
  • § Pemodelan dilakukan oleh guru (sebagai teladan), peserta didik, dan tokoh lain.
  1. Reflection
  • § Tentang cara berpikir apa yang baru dipelajari
  • § Respon terhadap kejadian, aktivitas/pengetahuan yang baru
  • § Hasil konstruksi pengetahuan yang baru
  • § Bentuknya dapat berupa kesan, catatan atau hasil karya
  1. Autentic Assesment
  • § Menilai sikap, pengetahuan, dan ketrampilan
  • § Berlangsung selama proses secara terintegrasi
  • § Dilakukan melalui berbagai cara (test dan non-test)
  • § Alternative bentuk: kinerja, observasi, portofolio, dan/atau jurnal

A. Implementasi Pengembangan Kegiatan Pembelajaran

Sebagai tahapan strategis pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran perlu didesain dan dilaksanakan secara efektif dan efisien sehingga memperoleh hasil maksimal. Berdasarkan panduan penyusunan KTSP (KTSP), kegiatan pembelajaran terdiri dari kegiatan tatap muka, kegiatan tugas terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Sekolah standar yang menerapkan sistem paket, beban belajarnya dinyatakan dalam jam pelajaran ditetapkan bahwa satu jam pelajaran tingkat SMA terdiri dari 45 menit tatap muka untuk Tugas Terstruktur dan Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur memanfaatkan 0% – 60% dari waktu kegiatan tatap muka.

Sementara itu bagi sekolah kategori mandiri yang menerapkan sistem kredit semester, beban belajarnya dinyatakan dalam satuan kredit semester (sks). 1 (satu) sks tingkat SMA terdiri dari 1 (satu) jam pelajaran (@45 menit) tatap muka dan 25 menit tugas terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Dengan demikian, pada sistem paket maupun SKS, guru perlu mendesain kegiatan pembelajaran tatap muka, tugas terstruktur dan kegiatan mandiri.

1. Kegiatan Tatap Muka

Untuk sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tatap muka dilakukan dengan strategi bervariasi baik ekspositori maupun diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, tanya jawab, atau simulasi.

Untuk sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tatap muka lebih disarankan dengan strategi ekspositori. Namun demikian tidak menutup kemungkinan menggunakan strategi dikoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti ceramah interaktif, presentasi, diskusi kelas, tanya jawab, atau demonstrasi.

2. Kegiatan Tugas terstruktur

Bagi sekolah yang menerapkan sistem paket, kegiatan tugas terstruktur tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran namun dirancang oleh guru dalam silabus maupun RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Oleh karena itu pembelajaran dilakukan dengan strategi diskoveri inkuiri. Metode yang digunakan seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Bagi sekolah yang menerapkan sistem SKS, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam jadwal pelajaran meskipun alokasi waktunya lebih sedikit dibandingkan dengan kegiatan tatap muka. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator, tutor, teman belajar. Strategi yang disarankan adalah diskoveri inkuiri dan tidak disarankan dengan strategi ekspositori. Metode yang digunakan seperti diskusi kelompok, pembelajaran kolaboratif dan kooperatif, demonstrasi, eksperimen, observasi di sekolah, ekplorasi dan kajian pustaka atau internet, atau simulasi.

3. Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru namun tidak dicantumkan dalam jadwal pelajaran baik untuk sistem paket maupun sistem SKS. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah diskoveri inkuiri dengan metode seperti penugasan, observasi lingkungan, atau proyek.

Saya, Abied, dari sebuah tempat paling indah di dunia. :mrgreen:

Salam …